Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) MIT ke 18 Posko 13 Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang adakan program kerja ngaji budaya sebagai bentuk ekspresi kebudayaan dan moderasi beragama di Indonesia.
Acara tersebut dilaksanakan di aula Balaidesa Sendangdawuhan, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal. Pada hari Sabtu, 27 Juli 2024. Bertema "Revitalisasi Tradisi Budaya di Era Modern : Menjaga Warisan, Mengukir Masa Depan."
Dalam acara kali ini diisi oleh Ibu Suwariyah sebagai Dukun Kalang, atau biasa disebut Nyi Sonteng. Dan juga Ibu Purwati yang merupakan Kepala Sekolah SD Negeri 2 Sendangdawuhan. Yang dihadiri oleh Kepala Desa Sendangdawuhan Bapak Waryono beserta perangkat desa, kemudian Ketua RW dari setiap dukuh beserta beberapa warga, dan juga dari KKN MIT Posko 14 dari Desa Kebonsari.
Acara diawali dengan pembukaan yang disampaikan oleh Kinto Tri Hamda dan Faizatul Ulya selaku Master of Ceremony. Dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan Waryono selaku Kepala Desa Sendangdawuhan dan Muhammad Helmy Kurniawan selaku koordinator desa Posko 13.
Bapak Waryono berharap dengan adanya ngaji budaya ini, masyarakat dapat menambah pengetahuan tentang tradisi Kalang ini dan semoga dapat melestarikan tradisi kalang obong yang memang sudah dilaksanakan turun temurun oleh para leluhur.
Ibu Purwati, merupakan keturunan kalang menyampaikan mengenai sejarah asal usul tradisi kalang, tujuan tradisi kalang, daerah – daerah yang masih melestarikan tradisi kalang di Kabupaten Kendal ini, alasan mengapa tradisi tersebut masih dilaksanakan hingga sekarang dan juga prosesi pelaksanaan tradisi kalang obong tersebut dari awal hingga akhir.
“Kalang obong ini merupakan budaya, bukan kepercayaan, percaya atau tidaknya dikembalikan ke masing – masing individu. Tradisi kalang obong dilaksanakan melalui prosesi pembakaran barang – barang yang memang menjadi peninggalan almarhum seperti pakaian, kasur, tas , sepatu, perhiasan dan sebagainya,” terangnya.
Sementara itu dukun kalang obong yang akrab disebut Nyi Sonteng, Ibu Suwariyah juga memaparkan mengenai apa saja yang harus disiapkan untuk dijadikan sesajen serta urutan prosesi kalang obong dari awal hingga puncak prosesi yakni pembakaran barang – barang arwah dan penyebaran uang koin. Beliau juga membacakan mantra yang biasa dibaca saat upacara berlangsung.
“Biasanya isian sesajen itu ada bebek, buah buahan, biji bijian dan masih banyak lagi. Setelah ritual sajen dibacakan, patung boneka dibawa dan diputarkan mengelilingi rumah selama 3x putaran lalu disimpan di kamar. Untuk pembakaran barang – barang arwah dilakukan keesokan harinya, biasanya pukul 03.00 WIB pagi,” jelasnya.
Antusias warga dalam mengikuti acara ngaji budaya terlihat dari banyaknya peserta yang ingin bertanya dan mengetahui lebih mendalam mengenai tradisi kalang obong tersebut. Baik hambatan, tantangan, maupun akibat yang akan didapatkan jika terdapat kesalahan atau kekurangan dalam pemberian sesajen dan barang barang yang diperlukan.
Tim KKN MIT Ke-18 Posko 13 sangat berterimakasih kepada warga dan peserta yang turut hadir menyukseskan acara ngaji budaya ini. Harapannya semoga warga Sendangdawuhan, khususnya kalangan muda mampu melestarikan dan menjaga tradisi kalang obong yang telah diwariskan oleh leluhur mereka.
Dipost : 08 Agustus 2024 | Dilihat : 134
Share :