Sendangdawuhan - Nguri-nguri Tradisi Kalang di Desa Sendangdawuhan bersama KKN MIT Ke-18 Posko 13 UIN WALISONGO

Nguri-nguri Tradisi Kalang di Desa Sendangdawuhan bersama KKN MIT Ke-18 Posko 13 UIN WALISONGO

Melalui kegiatan KKN MIT Ke-18 UIN Walisongo Posko 13 yang berada di Desa Sendangdawuhan kecamatan Rowosari, dapat mengikuti kegiatan Upacara Kalang Obong pada 1 tahun kematian, atau biasa disebut dengan Sependhak. Kalang obong sudah terkenal di masyarakat Kendal, karena sebelum Islam masuk, Upacara kalang ini sudah ada dulu, karena awalnya menjadi kepercayaan Dinamisme dan animisme. Namun lambat laun, kini hanya menjadi budaya.

Dalam Upacara kali ini dilaksanakan di Rumah Mbah Darsuki Dukuh Tempel. Upacara dibuka oleh Dukun dari suku Kalang, atau yang dinamakan Nyi Sonteng, yakni Ibu Suwariyah dari Desa sebelah yaitu Desa Karangsari. Yang unik dari tradisi Kalang ini adalah Dukunnya dari perempuan, bukan laki-laki.

Upacara dilaksanakan selama 2 hari 2 malam. Mulai dari  mengirim do’a selametan dan pengajian, pembuatan patung boneka, menyediakan sajen yang berisi dari pisang rojo, beras, uang, wiji-wijian, jenang, rokok, buah-buahan, dll.

Pada saat upacara puncak, para warga dari beberapa dusun ikut datang menyaksikan upacara Kalang. Upacara kali ini juga dihadiri oleh Kepala Desa Sendangdawuhan Bapak Waryono, dan Dinas Kebudayaan Kabupaten Kendal.

Upacara berlangsung dari setelah isya hingga jam setengah 10, lalu dilanjut jam 3 pagi sebelum subuh.

Kegiatan ini menjadi momen luar biasa, bagi Tim KKN yang baru pertama kali melihat upacara kalang ini. Meskipun ketika upacara berlangsung, kami dilarang berbicara sembarangan, karena dianggap momen saklar. Seperti halnya Ngaben  yang ada di Bali. Meski itu kepercayaan Umat Hindu, kita sangat dilarang untuk mengumpat atau berkata kotor ketika sedang berlangsung. Begitu juga Kalang ini, kita diwanti-wanti untuk menjaga lisan.

Upacara Kalang ini hanya sebuah tradisi, percaya atau tidak dikembalikan lagi oleh yang melihatnya.

Bahkan yang lebih mewah lagi, ada peyembelihan hewan kerbau. Namun kerbau tidak wajib karena hanya untuk orang mampu saja. Yang hanya diambil dagingnya untuk dibagikan kepada tetangga. Sedangkan, kulit dan kepala kerbau dijadikan satu lagi untuk diikutkan dalam upacara. 

Setelah warga pulang, para ahli keluarga berurutan satu persatu untuk meminta sangu dari almarhum. Ketika pemberian sangu tersebut diwakilkan oleh dukun, dengan memberi nasi, lauk pauk, buah-buahan, dll.

Ketika upacara di malam hari pada proses pembakaran, 3 orang menggunakan bambu tebu, untuk membolakbalikkan barang-barang yang belum terbakar.

Ketika api hampir habis, ahli keluarga  mengadakan penyebaran uang koin, yang di keroyok oleh warga yang hadir. 


Dipost : 08 Agustus 2024 | Dilihat : 509

Share :